Selasa, 06 Juli 2010

Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Penelitian kuantitatif dan kualitatif adalah dua kubu yang harus kita pilih salah satunya dalam melakukan penelitian. Secara sekilas penelitian kuantitatif selalu berkaitan dengan angka, angka, dan angka. Sedangkan penelitian kualitatif tidak berkaitan dengan angka-angka, melainkan pendapat, pendapat, dan pendapat.Perbedaan yang tentu saja berawal dari paradigma pengetahuan yang berbeda itu nampak pada praktek kegiatan penelitiannya, yaitu dalam penentuan tujuan masalah, penentuan macam data yang dicari, penentuan sumber data, penentuan instrument pengumpulan data, kegiatan pengumpulan dan analisis data.

Kita dapat menemukan sebuah kebenaran dari penggunaan kedua penelitian tersebut, kuantitatif maupun kualitatif. Kebenaran yang diperoleh dari kedua penelitian tersebut memiliki ukuran dan sifat yang berbeda. Penelitian kuantitatif lebih menitik beratkan pada frekwensi tinggi sedangkan pada pendekatan kualitatif lebih menekankan pada esensi dari fenomena yang diteliti. Kebenaran dari hasil analisis penelitian kuantitatif bersifat nomothetik dan dapat digeneralisasi sedangkan hasil analisis penelitian kualitatif lebih bersifat ideographik, tidak dapat digeneralisasi. Hasil analisis penelitian kualitatif naturalistik lebih bersifat membangun, mengembangkan maupun menemukan terori-teori sosial sedangkan hasil analisis kuantitatif cenderung membuktikan maupun memperkuat teori-teori yang sudah ada.

Semua kegiatan penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang sistem yang ada pada obyek yang dikaji. Dalam penelitian Kuantitatif, sebelum informasi yang dicari itu ditemukan, peneliti memprediksi (hypothesize) informasi yang sedang dicarai itu atas dasar teori. Prediksi teoritis tersebut merupakan hypothesis yang akan diuji (diverifikasi) kebenarannya dengan informasi empiris yang akan diperoleh dari obyek yang sedang diteliti. Jadi penelitian Kuantitatif mengumpulkan data (misalnya tentang perilaku manusia) untuk menjadi dasar pembuktian (verifying) teori-teori yang sudah ada (tentang perilaku manusia). Atas dasar terbukti (ada cukup bukti empiris pendukung) atau tidak terbuktinya (tidak ada cukup bukti empiris pendukung) itulah peneliti menerangkan sistem dari obyek (tentang perilaku manusia, misalnya) yang ditelitinya (Bogdan dan Biklen, 1998:38). Penelitian Kualitatif berusaha memahami obyek penelitian (tentang perilaku manusia, misalnya) dengan mengamati obyeknya (mengamati proses terjadinya perilaku manusia tersebut, misalnya), tanpa harus mencocokkan dengan teori yang sudah ada. Teori yang sudah ada tidak membatasi ruang gerak kerja peneliti dalam menangkap atau menemukan sistem yang sedang dicarinya (generating theory). Peneliti secara bebas berusaha menemukan sistem (atau teori) yang ada pada obyek penelitiannya.

Masalah dalam penelitian Kuantitatif bisa dirumuskan dengan variabel yang sangat jelas dan pasti sebelum penelitian dimulai. Jawaban teoritis (hypothesis) bisa disiapkan untuk dites. Seluruh kegiatan penelitian diarahkan untuk menjawab pertanyaan yang telah dipersiapkan atau menguji hypothesis tersebut. Dalam penelitian Kualitatif, masalah penelitian dirumuskan secara umum pada tahap awal penelitian dan kemudian difokuskan rumusannya pada saat pengambilan data. Rumusan awal tersebut berkembang pada saat peneliti sudah memiliki sebagian data (atau di tengah seting sumber data). Perumusan masalah secara umum di awal kegiatan penelitian qualitatif ini bukan berarti bahwa peneliti boleh tidak tahu variabel masalah yang akan diteliti. Seperti pada penelitian Kuantitatif, peneliti kualitatif juga harus mengetahui secara pasti construct dari variable atau yang menjadi fokus penelitiannya, walaupun focus itu boleh (bisa jadi) akan berkembang (menjadi lebih pasti) pada saat pengumpulan data sudah dimulai. Peneliti yang akan mengkaji perilaku suatu masyarakat, misalnya (atau tentang moralitas, budaya, sikap, strategi, dsb), harus mengetahui secara pasti apa yang dimaksud dengan perilaku (atau moralitas, budaya, sikap, strategi,) masyarakat yang akan ditelitinya dan bisa mengidentifikasi apa yang akan menjadi indikator dari perilaku tersebut.

Data penelitian Kuantitatif, sebelum (dan untuk keperluan) analisis, direkam dalam bentuk simbol dengan huruf (seperti A,B,C,D, dst), atau dengan angka. Untuk kemampuan, misalnya, A digunakan sebagai simbol untuk merekam kemampuan yang sempurna, B berarti sangat bagus, C berarti bagus, D berarti kurang, E berarti jelek. Atau untuk jenis kelamin, digunakan simbol 1 untuk pria dan 2 untuk wanita. Angka-angka itulah yang nantinya akan dianalisis secara statistik. Dalam penelitian Kualitatif, data direkam apa adanya dalam bentuk verbal atau gambar (tidak disimbolkan dengan angka atau huruf). Data soft ini berupa deskripsi tentang orang, tempat, atau transkrip percakapan, yang tidak bisa direprersentasikan dengan huruf atau angka . Dalam penelitian Kuantitatif, bentuk dan macam data yang akan dikumpulkan sudah dirancang dengan pasti sebelum pengumpulan data dimulai. Sebaliknya dalam penelitian Kualitatif, macam dan bentuk data yang akan dikumpulkan berkembang (berubah dan atau bertambah macamnya) ketika berada di lapangan sedang mengumpulkan data. Ketika sedang mengumpulkan data di sebuah ruang kelas, misalnya, bila melihat sesuatu yang aneh (bentuk susunan meja yang tidak seperti biasanya, alatalat yang aneh, pakaian yang khusus), maka segala yang terlihat atau terdengar aneh di ruang kelas tersebut harus dicurigai sebagai sesuatu yang bisa menjadi data yang penting (macam data tambahan).

Dalam penelitian, misalnya tentang Perilaku dagang orang Madura , maka sumber data manusianya adalah orang Madura. Siapa orang Madura itu? Di sinilah letak perbedaan cara mendefinisikan antara pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Dalam pendekatan Kualitatif, orang Madura yang menjadi sumber data penelitian harus bisa didefinisikan dengan jelas, dengan menyebut ciri khas atau kriteria profil orang Madura. Dari definisi profil orang Madura itu harus bisa diambil satu atau dua atau beberapa orang yang memiliki ciri khas atau karakteristik atau berprofil orang Madura sebagaimana yang telah didefinisikan. Orang-orang inilah yang boleh diklaim oleh peneliti sebagai orang Madura yang sesungguhnya, atau orang-orang yang memiliki authoritas untuk memberikan informasi yang benar tentang orang Madura. Orang-orang inilah yang boleh menjadi sumber informasi (informan) penelitian Kualitatif Informasi yang diperoleh dari orang-orang yang memiliki authoritas ini berlaku bagi siapa saja yang menjadi anggota dari komunitas (Madura) tersebut. Pemberlakuan informasi dari satu sumber yang memiliki authoritas paling tinggi kepada setiap anggota lainnya dari komunitas yang bersangkutan disebut dengan transfer. Dalam penelitian Kuantitatif, profil orang Madura itu tidak mungkin bisa didefinisikan dengan pasti yang bisa diwakili oleh satu, dua, atau beberapa orang saja. Profil orang Madura harus diwakili oleh sebanyak-banyaknya orang Madura sesuai dengan ragam orang Madura. Orang Madura begitu banyak ragamnya, dari segi pendidikan, professi, usia, daerah, dsb. sehingga yang bisa menggambarkan profil orang Madura adalah sekumpulan orang Madura yang mewakili setiap ragam orang Madura. Informasi yang diperoleh dari mayoritas orang-orang Madura yang mewakili (sample) berbagai macam ragam orang Madura itulah yang dianggap benar tentang orang Madura. Istilah ini disebut dengan generalisasi.

Artikel ini tidak bermaksud untuk menyatakan mana di antara dua pendekatan (Kuantitatif dan Kualitatif) yang lebih ilmiah atau lebih benar. Kedua-duanya benar dan ilmiah sesuai dengan paradigma masing-masing. Dengan memahami perbedaan paradigma penelitian ini, peneliti bisa menentukan apakah data yang akan dikumpulkan untuk penelitiannya tepat didekati secara Kuantitatif atau Kualitatif. Data penelitian tertentu mungkin tepat didekati secara kuantitatif sedangkan data lain mungkin tepat didekati secara Kualitatif. Tugas peneliti adalah memilih pendekatan yang paling tepat untuk penelitiannya, bukan mempertentangkan antara kedua pendekatan ini atau menggabungkan keduanya. Dalam satu penelitian, ke dua pendekatan ini boleh saja dipakai bersama-sama untuk dua macam data yang sifatnya berbeda. Yang tidak dibenarkan adalah menggunakan ke dua pendekatan ini (secara gabungan) untuk satu macam data.

2 komentar:

  1. klu media online,, bsa g di ukur secara kuantitatif,,,? seperti pengaruh facebook terhadap perilaku,, mohon sarannya...

    BalasHapus
  2. bisa saja,,, kita tinggal mengambil sampel beberapa orang yang memakai facebook,truz pake angket deh,,_gimana??

    BalasHapus